Ticker

6/recent/ticker-posts

Parasetamol: Sejarah, Fungsi, Dosis, Efek Samping, dan Interaksi Obat yang Perlu Diketahui

 

Sumber gambar : Kompas.com

Sejarah

Parasetamol, juga dikenal sebagai asetaminofen, adalah obat analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam) yang digunakan secara luas di seluruh dunia. Obat ini merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan di dunia, dan tersedia dalam bentuk pil, kapsul, sirup, dan infus.

Sejarah Parasetamol dimulai pada akhir abad ke-19, ketika ilmuwan kimia Jerman, Harmon Northrop Morse, berhasil mensintesis senyawa yang disebut p-aminofenol pada tahun 1878. Namun, p-aminofenol ini ternyata kurang efektif sebagai obat karena efek sampingnya yang serius, termasuk kerusakan hati.

Pada tahun 1893, ilmuwan Jerman, Felix Hoffman, yang bekerja di perusahaan farmasi Bayer, berhasil mensintesis senyawa baru yang disebut asetilsalisilat (aspirin). Senyawa ini segera menjadi obat yang populer untuk meredakan nyeri dan demam.

Namun, pada awal 1940-an, terjadi kekurangan bahan baku aspirin selama Perang Dunia II, dan perusahaan farmasi Amerika Serikat, McNeil Laboratories, mulai mencari alternatif untuk aspirin. Pada tahun 1955, McNeil Laboratories mengeluarkan obat baru yang disebut Tylenol, yang mengandung parasetamol sebagai bahan aktifnya. Obat ini menjadi sangat populer di Amerika Serikat dan kemudian di seluruh dunia.

Parasetamol bekerja dengan cara mengurangi produksi prostaglandin dalam tubuh, senyawa yang menyebabkan inflamasi dan menyebabkan rasa sakit dan demam. Parasetamol juga tidak memiliki efek merugikan pada saluran pencernaan seperti aspirin, sehingga aman untuk digunakan oleh orang yang memiliki masalah pencernaan.

Meskipun parasetamol relatif aman dan efektif, terdapat risiko overdosis jika digunakan dalam dosis yang sangat tinggi. Overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah dan bahkan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengikuti dosis yang dianjurkan oleh dokter atau petunjuk pada label obat.


Efek Samping

Meskipun parasetamol dianggap relatif aman, namun tetap ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi akibat penggunaannya, terutama jika digunakan dalam dosis yang sangat tinggi atau jika digunakan untuk jangka waktu yang lama. Berikut adalah beberapa efek samping parasetamol yang mungkin terjadi:

  1. Kerusakan hati: Overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius dan bahkan bisa berakibat fatal. Risiko ini meningkat terutama pada orang yang memiliki penyakit hati atau yang minum alkohol secara teratur.
  2. Gangguan pencernaan: Parasetamol dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti mual, muntah, diare, atau sakit perut.
  3. Reaksi alergi: Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi seperti gatal-gatal, ruam, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
  4. Penurunan jumlah sel darah putih: Penggunaan parasetamol dalam dosis yang sangat tinggi atau untuk jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih, yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
  5. Efek samping lainnya: Beberapa efek samping lain yang mungkin terjadi akibat penggunaan parasetamol termasuk pusing, sakit kepala, insomnia, dan gangguan pernapasan.

Meskipun demikian, efek samping parasetamol jarang terjadi jika digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jika Anda mengalami efek samping yang tidak diinginkan setelah menggunakan parasetamol, segera hubungi dokter atau apoteker untuk mendapatkan nasihat lebih lanjut.


Dosis

Dosis parasetamol tergantung pada usia, berat badan, dan kondisi kesehatan seseorang. Parasetamol tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, dan suppositoria (untuk penggunaan rektal). Berikut ini adalah dosis umum yang direkomendasikan untuk parasetamol:

  1. Dewasa dan remaja (usia 12 tahun ke atas): Dosis tunggal parasetamol biasanya berkisar antara 325 mg hingga 1000 mg, dengan dosis maksimum 4000 mg per hari.
  2. Anak-anak: Dosis parasetamol pada anak-anak harus disesuaikan dengan berat badan dan umur. Biasanya dosis berkisar antara 10-15 mg/kg berat badan per dosis, diberikan setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Namun, dosis maksimum per hari tidak boleh melebihi 75 mg/kg berat badan anak.
  3. Bayi: Dosis parasetamol pada bayi harus disesuaikan dengan berat badan dan usia. Pada umumnya, dosis berkisar antara 10-15 mg/kg berat badan per dosis, diberikan setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Namun, dosis maksimum per hari tidak boleh melebihi 60 mg/kg berat badan bayi.

Penting untuk tidak melebihi dosis yang dianjurkan karena overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius dan bahkan berakibat fatal. Selalu ikuti instruksi dosis yang diberikan oleh dokter atau petunjuk pada kemasan obat. Jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang mendasar atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain, konsultasikan dengan dokter atau apoteker sebelum mengonsumsi parasetamol.

Parasetamol dan Sistenol

Sistenol (atau juga dikenal sebagai cystenine) adalah asam amino esensial yang berperan dalam pembentukan protein dalam tubuh. Sistenol sendiri tidak berhubungan langsung dengan parasetamol.

Namun, terdapat sebuah produk farmasi yang disebut dengan "Paracetamol + Cysteine" atau "Paracetamol + Sistenol". Produk ini merupakan kombinasi antara parasetamol dan sistenol dalam satu tablet atau kapsul. Tujuan dari kombinasi ini adalah untuk meningkatkan efek analgesik (pereda nyeri) dari parasetamol.

Sistenol diketahui memiliki efek antioksidan dan mampu mengurangi peradangan. Dalam kombinasi dengan parasetamol, sistenol diharapkan dapat membantu mengurangi kerusakan sel-sel hati yang disebabkan oleh overdosis parasetamol.

Namun, meskipun terdapat kombinasi Paracetamol + Cysteine yang tersedia di pasaran, Anda harus selalu berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum menggunakan produk ini. Meskipun sistenol sendiri dianggap aman, overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius, sehingga penggunaan kombinasi ini harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter atau petunjuk pada label obat.

Interaksi Obat

Berikut adalah beberapa interaksi obat yang perlu diperhatikan saat menggunakan parasetamol:

  1. Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID): Parasetamol dan NSAID seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen dapat saling berinteraksi dan meningkatkan risiko efek samping seperti kerusakan hati. Sebaiknya jangan mengonsumsi keduanya secara bersamaan kecuali dengan rekomendasi dokter.
  2. Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme hati: Obat-obatan seperti phenytoin, carbamazepine, dan rifampicin dapat mempengaruhi metabolisme parasetamol di hati dan mempercepat penghilangan obat dari tubuh, sehingga mengurangi efektivitasnya.
  3. Obat-obatan yang merusak hati: Jangan mengonsumsi parasetamol jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain yang dapat merusak hati seperti methotrexate atau alkohol, karena dapat meningkatkan risiko kerusakan hati.
  4. Obat-obatan yang mempengaruhi kadar gula darah: Parasetamol dapat mempengaruhi kadar gula darah, sehingga perlu diwaspadai jika Anda menggunakan obat-obatan yang juga dapat mempengaruhi kadar gula darah seperti insulin atau metformin.
  5. Obat-obatan yang mempengaruhi fungsi ginjal: Parasetamol juga dapat mempengaruhi fungsi ginjal, sehingga perlu diwaspadai jika Anda menggunakan obat-obatan yang juga dapat mempengaruhi fungsi ginjal seperti diuretik.

Sebelum menggunakan parasetamol atau obat-obatan lain, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker untuk memastikan aman dan efektif untuk digunakan bersamaan.

Posting Komentar

0 Komentar